Ribuan Desa Di Jawa Tengah Mengalami Kekeringan
SEMARANG ( Merdeka News ) : Wakil Ketua Komisi D DPRD Jawa Tengah Hadi Santoso mengungkapkan, kekeringan yang melanda Jawa Tengah mengancam lebih dari dua juta jiwa masyarakat. Melihat hal tersebut, Komisi D DPRD Jateng minta kepada Pemerintah Provinsi Jateng untuk serius menangani permasalahan kekeringan yang terjadi di Jateng.
Hadi Santoso mengatakan hal ini kepada wartawan di ruang kerajanya Kamis (17/10/2019). Saat musim kemarau seperti sekarang ini, rata-rata sumur kering dan sumber air juga kering. “Lebih memprihatinkan lagi yang terjadi di kawasan kars yang belum terjangkau aliran sumber air bersih. Kita harus bekerja keras. Kita harus mencari solusi untuk menemukan atau membuat sumber air permanen,” tutur Hadi Santoso.
Dari data yang dimiliki Komisi D DPRD Jateng, hingga akhir September ada 1.259 Desa, 360 Kecamatan di 22 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mengalami Kekeringan. Bencana tersebut berdampak kepada 545.581 KK atau 2,056 juta jiwa. Menurut Politisi PKS itu, kekeringan tahun ini merupakan yang terparah dalam lima tahun terakhir.
“Dampak Kekeringan tahun ini memang paling dahsyat selama lima tahun terakhir. Selain karena kemarau yang sangat panjang, juga disebabkan oleh kondisi air tanah kita yang semakin menipis. Untuk itu harus ada solusi untuk menangani hal tersebut” tutur hadi Santoso.
Menurut data yang dihimpun anggota Fraksi PKS ini, sampai dengan 30 september 2019 , tujuh waduk yang ada di Jateng dalam kondisi kosong, 16 waduk dalam kondisi dibawah rencana, dan hanya 18 waduk yang sesuai rencana. Waduk yang kosong itu adalah waduk Tempuran, simo, Parangjoho, Kedunguling, ngancar, kembangan dan waduk Botok.
Sedangkan 16 waduk yang dibawah rencana terdiri dari empat waduk besar, yaitu waduk Malahayu, Wonogiri, sempor dan waduk sudirman dan 12 waduk kecil antara lain gembong, gunungrowo, greneng, butak, krisak, delingan, brambang. “Volume dibawah rencana itu artinya kurang dari 85 persen rasio ketersediaan air bersih berdasarkan volume rencana, atau volume air kurang,” lanjutnya.
MenurutHadi Santoso, penyelesaian Kekeringan di Jawa Tengah ini bisa di atasi dengan keterlibatan semua pihak melalui pengangkatan sumber air, menarik air dari sumber terdekat dan juga membuat embung dan waduk untuk menampung air bersih.
Hal senada juga diungkapkan anggota Komisi D DPRD Jawa Tengah Nurul Furqon. Menurutnya, musim kemarau panjang yang melanda Jawa Tengah tahun ini cukup memprihatinkan. Banyak daerah yang mengalami kekeringan, dan banyak waduk yang kehabisan air dan mengering.
Pemprov Jawa Tengah dan pemerintah daerah memang sudah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang daerahnya dilanda kekeringan. Upaya yang paling mendesak adalah dengan memberikan bantuan air bersih dengan melakukan dropping air di banyak titik.
Nurul Furqon menilai langkah tersebut hanya bersifat insidental yang tidak bisa menyelesaikan masalah, karena bencana kekeringan hampir terjadi setiap tahun saat memasuki muskin kemarau. Menurut Nurul, harus ada upaya untuk menemukan sumber air di daerah gersang atau setidaknya bisa membangun saluran air dari sumber air menuju daerah kering. (KRJ)