Seminar LP3 UM: Pendidikan Agama Hadapi Era Industri 4:0

Seminar LP3 UM: Pendidikan Agama Hadapi Era Industri 4:0

MALANG ( Merdeka News ) : Hadirnya era Revolusi Industri 4:0 merupakan tantangan bagi pendidikan agama. Topik yang sangat hangat inilah yang dibahas dalam seminar nasional bertema “Pendidikan Agama Islam dan Penguatan Karakter Religius untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4:0”, digelar oleh Lembaga Pengembangan Pendidikan dan
Pembelajaran (LP3) Universitas Negeri Malang, Kamis, 31 Oktober 2019.

Seminar nasional dibuka oleh Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd, Wakil Rektor IV Universitas Negeri Malang. Dalam pengarahannya Prof. Ibrahim Bafadal menekankan pentingnya pendidikan karakter untuk segenap anak bangsa. Karena itu sangat wajar jika pendidikan karakter ini lantas menjadi prioritas program tiga Mendikbud terakhir.

Sementara itu Dr Lilik Nur Kholida, ketua panitia seminar dalam sambutannya menegaskan pentingnya pembentukan karakter religius untuk menghadapi era revolusi industri 4:0.

“Para peserta seminar nasional ini banyak yang dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) dari berbagai perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta di sejumlah wilayah di Indonesia. Mereka ini diharapkan ikut mewarnai pembentukan karakter religius bagi para mahasiswa,” tutur Dr Lilik Nur Kholida, ketua panitia seminar.

Seminar nasional ini menghadirkan sejumlah pakar di antaranya yakni Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta Prof. Akh. Muzakki, M.Ag, Grad.Dip.SEA, M.Phil, Ph.D Guru Besar Sosiologi Pendidikan dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Ampel Surabaya.

Prof Dede Rosyada yang juga mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memaparkan arah pengembangan PAI di era Industri 4:0. Menurut Prof Dede fungsi pendidikan agama adalah membina iman, takwa, akhlak yang mulia serta kerukunan. Tujuan pendidikan agama yakni mengintegrasikan iman dan takwa kedalam profesi.

Sedangkan Prof Muzakki memaparkan transformasi pendidik dalam penguatan karakter religius di era revolusi industri. Ditegaskan Prof Muzakki, dalam menyambut perkembangan era baru revolusi industri 4:0 seperti diuraikan di atas, pendidikan selayaknya mampu mempersiapkan generasi mendatang dengan hal-hal relevan dan dibutuhkan oleh mereka dalam mengarungi kehidupannya di masa mendatang pula. Orientasi pendidikan seharusnya progresif untuk kebaikan hidup peserta didik pada masa yang akan dilalui ke depan.

Apapun inovasi pendidikan, termasuk kurikulumnya, guru patut melakukan perubahan 9 Sholle dan Denski, Media Education and the (Re)production of Culture. 11 proses pembelajaran di tengah derasnya arus informasi akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Hal itu bukan berarti posisi guru tidak penting dalam proses pembelajaran anak. Guru tetap memegang peranan sangat signifikan, namun bukan dalam kapasitasnya sebagai sumber informasi, melainkan sebagai model pengembangan diri anak.

Guru memfasilitasi perkembangan nilai kemandirian anak melalui penciptaan dan pembiasaan sebagai model kehidupan (role model) bagi proses anak didik menuju kemandirian dimaksud. Posisi guru yang demikian tidak tergantikan oleh produk kemajuan teknologi-komunikasi yang menjadi sumber ekstensif dan intensif bagi informasi yang luas tentang berbagai materi pembelajaran.

“Guru tetap memagang posisi kunci dalam proses fasilitasi sebagai model kehidupan individual dan social peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk mengembangkan praktik pembelajaran yang dikenal dengan istilah teaching through examples atau alta’lim bi al-qudwah al-hasanah (mengajar dengan contoh/teladan). Praktik pembelajaran ini memposisikan guru tidak sekadar sebagai penyampai materi, akan tetapi sekaligus sebagai model,” tambah Prof Muzakki. ( Zen )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


*