Dhenoog Rachma Berjuang Lestarikan Seni Tradisional
BELUM ada permintaan pentas hingga minggu ini, tak membuat Dhenoog Rachma kecil hati. Ia menyadari keadaan memang sedang tak mendukung. Pandemi Covid-19 harus disikapi serius. Salah satunya tidak ada kumpulan manusia. Wajar bila pentas-pentas kesenian yang mengundang massa, belum dilakukan. Masih menunggu situasi aman.
“Job menari belum ada. Nunggu rampung corona. Padahal sudah rindu ingin tampil,” kata Rachma .
Agar tak bosan, gadis kelahiran 27 Oktober 1996 yang dikenal sebagai penari dan penyanyi ini membantu neneknya jualan di Pasar Bantul. “Lha nggak ada pekerjaan,” tandasnya.
Dilansir dari Minggu Pagi, meski masih muda usia, kecintaan Rachma terhadap seni tradisi sangat besar. Sejak kecil sudah menari. Bahkan tertarik menarikan tarian tradisi yang merakyat: jatilan. Orangtuanya sempat tidak membolehkan. Kesenian itu jarang dimainkan wanita, juga ‘main’ makhluk halus.
“Kalau pergi latihan tiap Selasa, pamitnya beli baju. Lama-kelamaan Ibu curiga dan tahu. Tapi habis itu akhirnya malah dibolehkan,” ucap pemilik nama asli Dian Nur Rahmawati itu.
Saking cintanya terhadap seni warisan leluhur itu, Rachma mendirikan komunitas Cah Jathilan Djogja, Januari 2019. Anggotanya saat ini 4.800, dari anak-anak, generasi muda, hingga orangtua. Berasal dari DIY, Blitar, Wonosobo, Banten, dan Kalimantan. Sebulan sekali ketemu darat.
Komunitas ini bertujuan menambah persaudaraan melalui kesenian. Membangun silaturahmi sesama pecinta jatilan, dan berpartispasi aktif melestarikan kesenian rakyat itu.
“Saya ingin melestarikan dan nguri-uri
kesenian jatilan, ingin erat memperat paseduluran
,” kata putri Suradi-Sri Mugiyati yang tinggal di Glagah Lor Tamanan Bantul itu.
Diakui Rachma, di seni tradisi, Rachma tak memburu materi. Bahkan ia kadang tombok jika mendapat ajakan pentas. “Dapat uangnya dari nyanyi saja. Kalau yang seni tradisi, tulus ingin berjuang,” paparnya seperti dikutip dari Minggu Pagi. (MPJ)