Khairudin, Penjual Tempe Yang Jadi Profesor

Khairudin, Penjual Tempe Yang Jadi Profesor

YOGYAKARTA ( Merdeka News ) : Moh. Khairudin dulu penjual tempe ke sejumlah pasar di Yogyakarta, namun saat ini telah menyandang gelar Profesor. Sebuah lonjakan prestasi yang luar biasa.

Hari Sabtu (8/8/2020), Prof. Khairudin dikukuhkan sebagai Guru Besar di Bidang Ilmu Sistem Otomasi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Pengukuhan dipimpin oleh Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa M.Pd.

Keceriaan terlihat jelas di wajah Prof. Moh. Khairudin, M.T., Ph.D. ketika membacakan pidato Pengukuhan Guru Besar. Pria kelahiran Tegal tahun 1979 ini tak sendiri, karena gelaran itu juga mengukuhkan Prof. Dr. Sri Wening, M.Pd sebagai Guru Besar di Bidang Ilmu Penilaian Pendidikan Konsumen pada Fakultas Teknik, UNY.

Nama Mohammad Khairudin, mungkin cukup asing di telinga sebagian besar masyarakat Tanah Air. Tapi rasanya mungkin tidak oleh sebagian warga Balapulang Wetan, Tegal, ataupun mahasiswa jurusan teknik di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Prof. Khairudin, ternyata memiliki perjalanan hidup yang unik sebelum sampai pada predikat tertinggi di sebuah perguruan tinggi. Dulu, kabarnya sang profesor adalah marbot masjid atau ‘tukang bersih-bersih’ masjid serta pernah jualan tempe.


Udin, demikian Prof. Khairudin dulu disapa. Tahun 1998, dia ke Jogja, sebagai mahasiswa baru UNY, jurusan elektro. Kehidupannya yang tidak berkecukupan membuatnya prihatin.

Semasa kuliah, Udin tinggal dan mengurus Masjid Al-Amin, menjadi marbot dan jualan tempe.

Setiap pagi setelah subuh, Udin kayuh sepeda bututnya, mengambil tempe Mochlar dan mengantar ke langganannya.

Setelah itu, kembali ke masjid untuk membersihkan masjid, kemudian mengayuh sepedanya di kampus yang jaraknya sekitar 5 kilometer. Kadang malam hari selepas Isya dia mengantar tempe ke langganannya yang lain.

Tak jarang dia pulang ke masjid di sela-sela jam kuliahnya untuk melantunkan adzan Zhuhur atau Ashar. Kemudian balik lagi ke kampus untuk meneruskan kuliahnya.

Sepulang kuliah, dia mengajar anak-anak mengaji di TPA masjid. Berpuluh anak belajar “a-ba-ta” darinya. Tepuk anak shalih dan lagu anak TPA pun diajarkannya.

Setiap malam Kamis, pengajian rutin disiapkannya. Sebagai marbot masjid, dia mengangkat minum dan snack, membagikan ke jamaah yang hadir mengaji. Setelahnya, dia merapikan lagi tikar gelaran tadi, menyapu dan mengepelnya.

“Alhamdulillah, Udin, begitu kami memanggilnya, lulus dengan cumlaude. Meneruskan sekolah S2 di ITS, dan kemudian menikah. Setelah menikah, dia tidak lagi tinggal di kampung kami. Menurut kabar dia tinggal di daerah Bantul, dekat suatu makam di sana,” tegas Falasifah dalam postingannya.

Selang berapa tahun, dia kembali. Dia membeli rumah di kampung kami, dekat dengan masjid yang dulu dia rawat. Kali ini, dia sudah menjadi dosen di UNY dan sudah Ph,D. dan sudah memiliki anak tiga. Udin atau Khairudin kini juga sudah dikukuhkan jadi Profesor di usianya 41 tahun, usia yang masih relatif muda. ( Mus)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


*