Prof Andi Mappiare Luncurkan Model Konseling Khas Nusantara
MALANG ( Merdeka News ) : Model konseling yang dipakai di Indonesia selama ini, lebih condong konseling dengan sistem Barat. Hal ini karena ilmu konseling yang dipakai oleh para konselor, memang lebih banyak berdasarkan buku-buku ilmuwan Barat.
Kondisi ini sempat mencemaskan Prof. Dr Andi Mappiare MT, M.Pd, Guru Besar Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Sebab jika konseling yang dikembangkan kepada para siswa dan mahasiswa di Indonesia adalah konseling model Barat, seringkali terjadi “kesenjangan budaya” sehingga kurang tepat sasaran.

Karena itulah Prof Andi lantas melakukan kajian mendalam, terkait model atau pola konseling yang tepat untuk siswa dan mahasiswa di Indonesia. Akhirnya Guru Besar yang peramah itu kemudian meluncurkan sebuah model konseling yang khas Nusantara, yakni model konseling KIPAS.
Konseling KIPAS yakni konseling yang berdasarkan pada 5 tema pembahasan konseling yang meliputi karakter, identitas, pekerjaan (karier), akademik serta sosial. Selain itu KIPAS juga bisa sebagai akronim dari tahapan pelaksanaan konseling yakni memberi kabar gembira ke klien, integrasi data dan internalisasi, perencanaan tindakan, aktualisasi rencana tindakan ke klien, serta selebrasi atau pemberian sertifikat setelah klien sukses mengembangkan potensi diri.
Menurut Prof Dr Andi Mappiare, model konseling yang banyak dipakai di sekolah atau di kampus selama ini adalah konseling produk Barat. Hasilnya kurang memuaskan, karena kondisi sosial budaya di Indonesia memang berbeda dengan kondisi sosial budaya di Barat.
Konseling model Barat jika diterapkan di negara-negara Barat, bisa jadi hasilnya memuaskan. Namun terasa kurang tepat sasaran jika diterapkan pada siswa atau mahasiswa di Indonesia.Karena itulah Prof Andi kemudian menyodorkan alternatif konseling model KIPAS yang sesuai dengan sosial budaya dan karakter khas Nusantara.
“Ciri pribadi siswa atau mahasiswa di Indonesia adalah berbeda dengan ciri pribadi siswa atau mahasiswa di negara-negara Barat. Pada intinya, para siswa atau mahasiswa di Indonesia ingin diperlakukan secara bebas dan aman. Konseli atau klien tidak ingin terlampau dihakimi atau disalah-salahkan. Senegatif apapun perilakunya, mereka tidak menyukai label-label yang mempermalukan atau merendahkan diri mereka dari Konselor atau Guru BK,” tutur Prof Andi bersemangat.

Dalam melaksanakan konseling model KIPAS, maka konselor lebih mengutamakan informasi positif atau hal-hal positif mengenai konseli atau klien. Konselor menghindari mengungkap aib klien, tetapi justru mencari sisi positif atau sisi kelebihan klien yang bisa dikembangkan ke arah yang lebih baik. Tujuannya membantu klien mencapai harapan hidup dan meraih cita cita di masa depan. (Zen)